Jadilah Hamba Allah Yang Bersyukur
Yulian Purnama
25 May 2017 1 Comm
Apakah
Makna Syukur?
Syukur secara bahasa,
الثناء
على المحسِن بما أَوْلاكَهُ من المعروف
“Syukur
adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut”
(Lihat Ash Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari). Atau dalam
bahasa Indonesia, bersyukur artinya berterima kasih.
Sedangkan istilah syukur dalam
agama, adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim:
الشكر
ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى
جوارحه انقيادا وطاعة
“Syukur
adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan,
yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi
nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah.
Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus
Salikin, 2/244).
Lawan
dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan mengingkari
bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala. Semisal Qarun yang
berkata,
إِنَّمَا
أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي
“Sungguh
harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu yang aku
miliki” (QS. Al-Qashash: 78).
Syukur Adalah Salah Satu Sifat Allah
Ketahuilah
bahwa syukur merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah yang husna.
Yaitu Allah pasti akan membalas setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh
hamba-Nya, tanpa luput satu orang pun dan tanpa terlewat satu amalan pun.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ
اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan
Syakur” (QS. Asy-Syura: 23).
Seorang ahli tafsir, Imam Abu Jarir
Ath-Thabari, menafsirkan ayat ini dengan riwayat dari Qatadah, “Ghafur artinya
Allah Maha Pengampun terhadap dosa, dan Syakur artinya Maha
Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat-gandakan ganjarannya” (Tafsir Ath
Thabari, 21/531).
Dalam ayat yang lain,
Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ
شَكُورٌ حَلِيمٌ
“Allah itu Syakur lagi Haliim” (QS. At-Taghabun: 17).
Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam
ayat ini, “Maksudnya adalah memberi membalas kebaikan yang sedikit dengan
ganjaran yang banyak” (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 8/141).
Sehingga orang yang merenungi bahwa
Allah adalah Maha Pembalas Kebaikan, dari Rabb kepada Hamba-Nya, ia akan
menyadari bahwa tentu lebih layak lagi seorang hamba bersyukur kepada Rabb-Nya
atas begitu banyak nikmat yang ia terima.
Syukur Adalah Sifat Para Nabi
Senantiasa bersyukur dan berterima
kasih kepada Allah atas limpahan nikmat Allah, walau cobaan datang dan
rintangan menghadang, itulah sifat para Nabi dan Rasul Allah yang mulia.
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh ‘Alaihissalam,
ذرية
من حملنا مع نوح إنه كان عبدا شكور
“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang
yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya Nuh adalah hamba yang banyak
bersyukur” (QS. Al-Isra: 3).
Allah Ta’ala menceritakan
sifat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:
إن
إبراهيم كان أمة قانتا لله حنيفا ولم يك من المشركين* شاكرا لأنعمه اجتباه وهداه
إلى صراط مستقيم
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang
imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan
sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik, Dan ia senantiasa
mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada
jalan yang lurus” (QS. An-Nahl: 120-121).
Dan inilah dia sayyidul
anbiya, pemimpin para Nabi, Nabi akhir zaman, Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam, tidak luput dari syukur walaupun telah dijamin baginya surga.
Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah Radhiallahu’anha,
كان
رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ، إذا صلَّى ، قام حتى تفطَّر رجلاه . قالت
عائشةُ : يا رسولَ اللهِ ! أتصنعُ هذا ، وقد غُفِر لك ما تقدَّم من ذنبك وما
تأخَّرَ ؟ فقال ” يا عائشةُ ! أفلا أكونُ عبدًا شكورًا
“Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya
mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai
demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang
akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi
hamba yang bersyukur?’” (HR.
Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820).
Syukur Adalah Ibadah
Allah Ta’ala dalam banyak
ayat di dalam Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Maka
syukur adalah ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah Allah. Allah Ta’ala berfirman,
فاذكروني
أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون
“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan
mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar” (QS. Al Baqarah: 152)
Allah Ta’ala juga
berfirman,
يا
أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم واشكروا لله إن كنتم إياه تعبدون
“Hai orang-orang yang beriman,
makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (QS. Al Baqarah: 172).
Maka bersyukur adalah menjalankan
perintah Allah dan enggan bersyukur serta mengingkari nikmat Allah adalah
bentuk pembangkangan terhadap perintah Allah.
Buah Manis dari Syukur
- Syukur Adalah Sifat Orang Beriman
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ
إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ،
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Seorang mukmin itu sungguh
menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi
demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia
bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan
itu baik baginya” (HR.
Muslim no.7692).
- Merupakan Sebab Datangnya Ridha Allah
Allah Ta’ala berfirman,
وإن
تشكروا يرضه لكم
“Jika kalian ingkar, sesungguhnya
Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar
dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” (QS. Az-Zumar: 7).
- Merupakan Sebab Selamatnya Seseorang Dari Azab Allah
Allah Ta’ala berfirman,
ما
يفعل الله بعذابكم إن شكرتم وآمنتم
“Tidaklah Allah akan mengadzab
kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi
Alim” (QS. An-Nisa: 147).
- Merupakan Sebab Ditambahnya Nikmat
Allah Ta’ala berfirman,
وإذ
تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم
“Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (QS.
Ibrahim: 7).
- Ganjaran Di Dunia dan Akhirat
Janganlah Anda menyangka bahwa
bersyukur itu hanya sekedar pujian dan berterima kasih kepada Allah. Ketahuilah
bahwa bersyukur itupun menuai pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di
dunia. Allah Ta’ala berfirman,
وسنجزي
الشاكرين
“Dan sungguh orang-orang yang
bersyukur akan kami beri ganjaran” (QS.
Al Imran: 145).
Imam Ath Thabari menafsirkan ayat
ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq, “Maksudnya adalah, karena bersyukur,
Allah memberikan kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah juga
melimpahkan rizki baginya di dunia” (Tafsir Ath Thabari, 7/263).
Tanda-Tanda
Orang yang Bersyukur
- Mengakui dan Menyadari Bahwa Allah Telah Memberinya Nikmat
Orang yang bersyukur senantiasa
menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah Ta’ala. Ia
senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir dan rahmat Allah semata lah nikmat
tersebut bisa diperoleh. Sedangkan orang yang kufur nikmat senantiasa lupa akan
hal ini. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata,
مُطِرَ
النَّاسُ على عهدِ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالَ النَّبيُّ صلَّى
اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ أصبحَ منَ النَّاسِ شاكرٌ ومنهم كافرٌ قالوا هذهِ رحمةُ
اللَّهِ وقالَ بعضُهم لقد صدقَ نوءُ كذا وكذا
“Ketika itu hujan turun di masa Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia
yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah
rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda
begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).
- Menyebut-Nyebut Nikmat yang Diberikan Allah
Mungkin kebanyakan kita lebih suka
dan lebih sering menyebut-nyebut kesulitan yang kita hadapi dan mengeluhkannya
kepada orang-orang. “Saya sedang sakit ini.” “Saya baru dapat musibah itu..”
“Saya kemarin rugi sekian rupiah..”, dll. Namun sesungguhnya orang yang
bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah berikan.
Karena Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا
بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan nikmat yang diberikan oleh
Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS.
Adh-Dhuha: 11).
Namun tentu saja tidak boleh
takabbur (sombong) dan ‘ujub (merasa kagum atas diri sendiri).
- Menunjukkan Rasa Syukur dalam Bentuk Ketaatan kepada Allah
Sungguh aneh jika ada orang yang
mengaku bersyukur, ia menyadari segala yang ia miliki semata-mata atas keluasan
rahmat Allah, namun di sisi lain melalaikan perintah Allah dan melanggar
larangan-Nya, ia enggan shalat, enggan belajar agama, enggan berzakat, memakan
riba, dll. Jauh antara pengakuan dan kenyataan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
“Sungguh Allah telah menolong kamu
dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang
lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).
Maka rasa syukur itu ditunjukkan
dengan ketakwaan.
Tips Agar Menjadi Orang yang Bersyukur
- Senantiasa Berterima Kasih kepada Orang Lain
Salah cara untuk mensyukuri nikmat
Allah adalah dengan berterima kasih kepada manusia yang menjadi perantara
sampainya nikmat Allah kepada kita. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
لا
يشكر الله من لا يشكر الناس
“Orang yang tidak berterima kasih
kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah” (HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan
shahih”).
Beliau juga bersabda,
مَنْ
صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا
تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Barangsiapa yang telah berbuat
suatu kebaikan padamu, maka balaslah dengan yang serupa. Jika engkau tidak bisa
membalasnya dengan yang serupa maka doakanlah ia hingga engkau mengira doamu
tersebut bisa sudah membalas dengan serupa atas kebaikan ia” (HR. Abu Daud no.
1672, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).
Oleh karena itu, mengucapkan terima
kasih adalah akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
مَن صُنِعَ إليهِ معروفٌ فقالَ لفاعلِهِ
: جزاكَ اللَّهُ خيرًا فقد أبلغَ في الثَّناءِ
“Barangsiapa yang diberikan satu
kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan, ‘Jazaakallahu khair’
(semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah
mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya” (HR.
Tirmidzi no.2167, ia berkata: “Hadits ini hasan jayyid gharib”,
dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
- Merenungkan Nikmat-Nikmat Allah
Dalam Al-Qur’an sering kali Allah
menggugah hati manusia bahwa banyak sekali nikmat yang Ia limpahkan sejak kita
datang ke dunia ini, agar kita sadar dan bersyukur kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ
أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ
السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).
- Qana’ah
Senantiasa merasa cukup atas nikmat
yang ada pada diri kita membuat kita selalu bersyukur kepada Allah. Sebaliknya,
orang yang senantiasa merasa tidak puas, merasa kekurangan, ia merasa Allah
tidak pernah memberi kenikmatan kepadanya sedikitpun. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,
كن
وَرِعًا تكن أعبدَ الناسِ ، و كن قنِعًا تكن أشْكَرَ الناسِ
“Jadilah orang yang wara’, maka
engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana’ah,
maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur”(HR. Ibnu Majah no. 3417, dishahihkan Al Albani dalam Shahih
Ibni Majah).
- Sujud Syukur
Salah satu cara untuk mengungkapkan
rasa syukur ketika mendapat kenikmatan yang begitu besar adalah dengan
melakukan sujud syukur.
عن
أبي بكرة نفيع بن الحارث رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا
جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛ شاكرا لله
“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits
Radhiallahu’anhu ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya
jika menjumpai sesuatu yang menggemberikan beliau bersimpuh untuk sujud.
Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah” (HR.
Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil).
- Berdzikir
Berdzikir dan memuji Allah adalah
bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Ada beberapa dzikir tertentu yang
diajarkan oleh Rasulullah khusus mengungkapkan rasa syukur kita kepada
Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
من
قال حين يصبح: اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك فمنك وحدك لا شريك لك،
فلك الحمد ولك الشكر. فقد أدى شكر يومه، ومن قال ذلك حين يمسي فقد أدى شكر ليلته
“Barangsiapa pada pagi hari
berdzikir: Allahumma ashbaha bii min ni’matin au biahadin min khalqika faminka
wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu wa lakasy syukru.”
(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang Engkau berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh nikmat itu hanya dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untuk-Mu)
Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa syukur” (HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin).
(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang Engkau berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh nikmat itu hanya dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untuk-Mu)
Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa syukur” (HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin).
Cara Bersyukur yang Salah
- Bersyukur kepada Selain Allah
Sebagian orang ketika mendapat
kenikmatan, mereka mengungkapkan rasa syukur kepada selain Allah, semisal
kepada jin yang mengaku penguasa lautan, kepada berhala yang dianggap dewa
bumi, atau kepada sesembahan lain selain Allah. Kita katakan kepada mereka,
أَكَفَرْتَ
بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا
“Apakah engkau kufur kepada Dzat
yang telah menciptakanmu dari tanah kemudian mengubahnya menjadi nutfah lalu
menjadikanmu sebagai manusia?” (QS.
Al-Kahfi: 37).
Allah Ta’ala yang
menciptakan kita, menghidupkan kita, dari Allah sematalah segala kenikmatan,
maka sungguh ‘tidak tahu terima kasih’ jika kita bersyukur kepada selain Allah.
Dan telah kita ketahui bersama bahwa syukur adalah ibadah. Dan ibadah hanya
pantas dan layak kita persembahkan kepada Allah semata. Tidak ada sekutu
baginya. Allah Ta’ala juga berfirman,
بَلِ
اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“Beribadahlah hanya kepada Allah dan
jadilah hamba yang bersyukur” (QS.
Az-Zumar: 66).
- Ritualiasasi Rasa Syukur yang Tidak Diajarkan Agama
Mengungkapkan rasa syukur dalam
bentuk ritual sah-sah saja selama ritual tersebut diajarkan dan dituntunkan
oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Misalnya dengan sujud
syukur atau dengan melafalkan dzikir. Andaikan ada bentuk lain ritual rasa
syukur yang baik untuk dilakukan tentu sudah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam serta para sahabat. Lebih lagi sahabat Nabi yang paling fasih
dalam urusan agama, paling bersyukur diantara ummat Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam, yang mereka jumlahnya puluhan ribu dan di antara mereka ada yang
masih hidup satu abad setelah Rasulullah wafat, sebanyak dan selama itu tidak
ada seorang pun yang terpikir untuk membuat ritual semacam perayaan hari ulang
tahun, ulang tahun pernikahan, syukuran rumah baru, sebagai bentuk rasa syukur
mereka. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang melakukan amalan
(ibadah) yang tidak berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Bukhari no.20, Muslim no.4590).
Semoga Allah menjadikan kita
hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat-Nya.
Allahumma a’inni ‘ala dzukrika wa
syukrika wa huni ‘ibadatika
“Ya Allah aku memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan aku hamba yang senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik”
“Ya Allah aku memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan aku hamba yang senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik”
***
Disarikan artikel berjudul ‘Asy Syukru’ karya Syaikh Dr. Mihran Mahir Utsman hafizhahullah dengan beberapa tambahan.
Artikel asli: http://www.saaid.net/Doat/mehran/51.htm
Penyusun: Yulian Purnama
Artikel: Muslim.or.id
Artikel: Muslim.or.id
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan.